Tekno Kediri – Sejak tengah malam tadi, gempa berkekuatan 6,4 magnitudo di atas 5,0 kembali mengguncang Mentawai. Data sementara Badan Meteorologi, Iklim, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa MegaTrust yang terjadi pada pukul 10.29 WIB pada Senin 29 Agustus 2022 terletak di 0,99 Lintang Selatan dan 98,53 Bujur Timur, menurut memo Tempo.
Di sisi lain, Plt. Daryono, Kepala Pusat BMKG, mengatakan pantai barat laut Kepulauan Mentawai Sumbar diguncang pergerakan tektonik. Berdasarkan hasil analisis mekanisme fokus, ditemukan bahwa gempa ini memiliki mekanisme patahan dorong.
“Mengingat letak episentrum dan kedalaman episentrum, gempa yang terjadi merupakan gempa tipe dangkal akibat aktivitas subduksi segmen megatrust Mentawai-Siberut,” ujarnya.
Gempa Megathrust
Lalu apa sajakah gempa dengan segmentasi megathrust yang dirasakan di sebagian wilayah Sumatera ini? Berdasarkan jurnal yang berjudul Mentawai-Pagai Segmentation Modeling: A Case Study of Megathrust Earthquakes in Indonesia yang terbit tahun 2020 dan gempa megathrust adalah kondisi seismik yang terjadi pada subduksi pertama daerah.
Saat melansir dari artikel berjudul Tanya Jawab gempa megathrust pada gempa scanada.nrcan.gc.ca, gempa ini terjadi ketika satu wilayah lempeng tektonik bumi didorong ke bawah yang lain akan terjadi.
Lempeng-lempeng itu kemudian terus bergerak menjauh satu sama lain dan saling menyentuh. Ini mengakumulasi regangan yang melebihi gesekan antara dua lempeng, menghasilkan gempa megathrust yang besar.
Perhatikan bahwa gempa megathrust dapat merusak bangunan di daerah tersebut, mencapai magnitudo 7 hingga 8. Durasi dan dampak gempa megathrust jauh lebih lama dari biasanya dan dapat mencapai beberapa menit. Selain itu, gempa ini dapat menyebabkan gerakan vertikal besar di dasar laut, menggusur sejumlah besar air sebagai tsunami yang menjauh dari gerakan bawah air.
Salah satunya mematikan vegetasi yang usianya bisa dihitung, sebagai indikasi telah terjadi gempa megathrust. Selain itu, gempa jenis ini juga menyebabkan longsor bawah laut dari landas kontinen. Endapan longsor ini dapat diidentifikasi dengan mengambil sampel inti langsung dari dasar laut.
Namun, pengukuran geodetik dan pengukuran jarak jauh menggunakan satelit pemosisian global dapat memprediksi dan mendeteksi perubahan bentuk kerak dalam pola gempa besar ini.
Gempa bumi besar tidak sering terjadi, tetapi juga tidak terjadi secara teratur. Di sisi lain, melihat magnitudo gempa ini, diperkirakan bisa mencapai magnitudo 9. Besaran 9.2.
Indonesia masih memiliki segmen gempa megathrust aktif yang dapat memicu tsunami dari gempa besar. Jumlahnya mencapai 16 titik, salah satunya berada di kawasan Mentawai-Siberut.
Dilihat dari sejarahnya, wilayah Sumaetra memiliki intensitas gempa yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan dua gempa bumi pada tahun 1797 dan 1833. Ini menciptakan celah di Mentawai. Belakangan, celah ini juga diaktifkan kembali ketika ada dorongan dari tsunami Sumatera Andaman atau Aceh Andaman 2004.