Naiknya harga komoditas menekan bisnis PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Tapi katalis positif datang dari peluncuran produk baru. Christine Natasya, Analis Mirae Asset Sekuritas, mengatakan buruknya kinerja UNVR akibat tekanan harga komoditas yang masih tinggi. Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) dan petrokimia menekan marjin UNVR.
Hal ini karena kenaikan harga komoditas menyebabkan perubahan harga jual rata-rata yang disebut juga harga jual rata-rata (ASP). Demikian pula, kinerja UNVR tergerus oleh persaingan bisnis dari merek-merek lokal. Pada kuartal ketiga 2022, pendapatan UNVR mengalami penurunan quarter-on-quarter (QoQ) sebesar 5,2% menjadi Rp10,08 triliun. Unilever membukukan laba bersih Rp 1,18 triliun, turun 16,1% quarter-on-quarter.
Selain itu, Christine masih melihat hasil yang luar biasa dari Unilever. Terhitung dari periode Januari-September, UNVR berhasil membukukan pendapatan Rp31,5 triliun, tumbuh 5,0% year-on-year, dan laba bersih Rp4,6 triliun, atau tumbuh 5,3% year-on-year . UNVR juga mendorong inovasi produk melalui program pengurangan inventaris mulai kuartal ketiga 2022. Langkah ini mengurangi pengiriman inventaris ke pengecer untuk mempercepat produk baru.
“Program itu bertujuan agar inovasi produk baru sampai ke tangan konsumen lebih cepat ya,” Christine dihubungi Kontan.co.id, Senin (28/11).
Christine mengatakan manajemen Unilever optimistis strategi pengurangan persediaan akan mendorong pertumbuhan penjualan perusahaan yang kompetitif. Penurunan perdagangan saham akan berlanjut pada kuartal IV 2022, sehingga diperkirakan kinerja akan terus lesu. Namun, produk yang lebih inovatif akan membawa penjualan yang lebih baik di tahun 2023. Menurut Christine, UNVR tetap selektif dalam menerapkan kenaikan harga agar tidak kalah saing untuk menopang pertumbuhan pasar.
Pada kuartal ketiga tahun 2022, Unilever melakukan beberapa penyesuaian harga untuk beberapa produk perawatan rumah, sehingga menghasilkan pangsa pasar QoQ yang tinggi sebesar 250 basis poin (bps). Harga komoditas seperti kelapa sawit memang turun, namun harga beberapa komoditas lain seperti petrokimia masih tinggi. Oleh karena itu, strategi Unilever adalah mengendalikan kenaikan harga komoditas secara kompetitif sambil memantau volume penjualan.Dia menjelaskan bahwa tekanan dari UNVR menyebabkan penurunan kinerja UNVR.Di sisi lain, karena UNVR bersaing dengan merek lokal, perlu berhati-hati dalam meningkatkan harga jual.
“UNVR mengatakan sedikit berhati-hati dalam memaksakan kenaikan harga. Ingat pesaing tidak menaikkan harga di semester pertama,” tambah Stebanus dalam survei 1 November 2022.
Akibatnya, laba perusahaan barang konsumsi ini telah direvisi oleh biaya produksi yang lebih tinggi. Salah satunya produk Home Care dan Beauty & Personal Care (BPC) karena mahalnya harga petrokimia. Penjualan meningkat sebesar 3,9% hingga September 2022, sementara petrokimia dan biaya operasional yang lebih tinggi mengurangi laba kotor dan laba operasional masing-masing sebesar 4% dan 9,6% year-on-year.
Segmen home care dan BPC menyumbang Rp 20,83 triliun terhadap total pendapatan UNVR hingga September. Kinerja penjualan ini mewakili 66,1% dari total pendapatan sebesar Rp 31,5 triliun. Sementara itu, segmen makanan dan minuman menyumbangkan pendapatan sebesar Rp10,70 triliun, mewakili 33,9% dari total pendapatan UNVR dalam sembilan bulan pertama tahun 2022.
Stephen mempertahankan rekomendasinya untuk membeli saham UNVR dengan target harga Rp 6.200 per saham. Target harga tersebut sedikit lebih rendah dari sebelumnya Rp 6.300 per saham.
Sedangkan Christine merekomendasikan untuk menahan saham UNVR dengan target harga Rp 4.750 per saham.